Terapi Kucing adalah cerita pendek anak-anak tulisanku yang pernah dimuat di Majalah Bobo pada tanggal 12 Mei 2022. Cerita lengkapnya dapat dibaca di bawah ini.
Terapi Kucing
(oleh: Lianty Putri)
Tidak seperti hari-hari
biasanya, pagi ini Nia berangkat sekolah diantar oleh Ibu. Kak Sari yang
setiap pagi selalu mengantar dan menjemput Nia ke sekolah sedang sakit. Padahal
Nia lebih senang diantar ke sekolah oleh kakaknya
karena setiap pagi Kak Sari selalu membawa makanan kucing di jok sepeda motornya.
Makanan
kucing itu Kak Sari bawa untuk dibagikan
pada kucing-kucing liar yang berkeliaran di area sekolah Nia. Nia sangat senang
melihat kawanan kucing berkerumun menunggu Kak Sari dan makanan kucingnya
setiap pagi. Kucing-kucing lucu itu mengeong dan mengelus-eluskan kepala mereka
manja ke kaki Kak Sari dan Nia.
Sudah
dua hari Kak Sari sakit
dan tak keluar dari kamarnya.
Nia senantiasa menunggu Kak Sari keluar dari kamar. Berharap sesekali Kak Sari
keluar untuk mengambil makan atau minum, sayangnya Ibu lah yang mengantarkan
makan dan minumnya ke dalam kamar. Nia khawatir namun ia juga takut untuk masuk ke
kamar sang kakak. Takut membuat penyakit kakaknya semakin parah.
“Kak Sari belum
sembuh ya, Buk?” tanya Nia pada Ibu yang baru saja keluar dari kamar Kak Sari.
“Belum, Nak. Kak Sari sakit karena kelelahan, jadi harus
istirahat dulu,” jawab Ibu.
Keesokan harinya Kak Sari belum juga keluar dari
kamarnya. Pagi ini Nia diantar ke sekolah oleh ibunya lagi, jadi ia tak bisa bermain
dengan kucing dan langsung masuk ke gerbang sekolah. Nia sangat rindu Kak Sari
dan para kucing.
Di kelas saat jam pelajaran, Ibu Guru Ani bercerita
tentang hewan. Mulai dari hewan liar sampai hewan peliharaan semua diceritakan
oleh Bu Ani.
“Kalau Bu Guru capek, biasanya Bu Guru pergi ke kafe
kucing untuk terapi,” celetuk Bu Ani membuat anak-anak terbengong. “Melihat dan
bermain bersama kucing-kucing lucu membuat Bu Guru senang.” Mendengar cerita Bu
Ani membuat Nia teringat dengan kakaknya yang sedang sakit di rumah. Mungkin
Kak Sari butuh terapi kucing!
Sepulang sekolah, Nia mencari kardus dan mengumpulkan
kucing-kucing yang terlihat paling lucu. Tangannya hampir saja dicakar oleh seekor
kucing yang sulit ditangkap. Nia tak memusingkannya dan terus mencari kucing
lucu untuk dikumpulkan ke dalam kardus. Akhirnya dengan usaha keras Nia
berhasil mengumpulkan lima ekor anak kucing di dalam kardusnya. Kucing-kucing
itu mengeong dengan suara menggemaskan.
“Untuk apa anak-anak kucing itu, Nak?” tanya Ibu kaget
saat menjemput Nia yang terlihat susah payah menggendong kardus berisi kucing.
“Untuk Kak Sari, Buk! Kata Bu Guru, hewan-hewan lucu bisa
menjadi terapi supaya Kak Sari cepat sembuh!” jelas Nia penuh percaya diri. Ibu
menggeleng-gelengkan kepalanya heran namun ia tetap membantu Nia mengangkat
kardus berisi kucing itu ke atas sepeda motor.
“Tapi nanti pulangkan mereka ke sini lagi ya....”
“Baik, Buk!”
Sesampai di rumah, Nia buru-buru masuk dan mengetuk pintu
kamar Kak Sari. Mendengar tidak ada respons dari dalam kamar, Nia pun meminta
bantuan Ibu untuk membukakan pintu.
Suara kucing mengeong membuat Kak Sari yang berbaring tertutup
selimut kaget. Nia berlari kecil mendekat ke tempat tidur Kak Sari dan
menunjukkan lima ekor anak kucing yang mengeong lucu. Dua diantaranya berwarna
putih, satunya berwarna oranye, dan duanya lagi berwarna putih belang hitam.
“Astaga, kenapa Nia membawa anak-anak kucing ke rumah?”
tanya Kak Sari kebingungan dengan kelima ekor kucing yang terus mengeong
tersebut.
“Anak-anak kucingnya rindu dengan Kak Sari, jadi Nia bawa
ke sini,” ujar Nia membuat Kak Sari terkekeh.
“Kalau begitu ambilkan makanan kucing di atas meja kerja
kakak ya..., kasihan mereka kelaparan.” Nia mengambil makanan kucing di atas
meja kerja dan memberikannya kepada Kak Sari.
Anak-anak kucing itu langsung berhenti mengeong dan makan
dengan lahap. Kak Sari dan Nia tertawa riang melihat tingkah laku kelima ekor
kucing tersebut.
“Hore! Kak Sari sudah sembuh! Ternyata benar kata Bu Guru,
terapi kucing ampuh!” teriak Nia girang saat melihat Kak Sari tertawa riang
bersama anak-anak kucing yang ia bawa.
“Hahaha! Terima kasih ya Nia, besok kita kasih makan kucing
di sekolah Nia lagi ya... Tapi kita harus mengembalikan anak-anak kucing ini
dulu,” ujar Kak Sari sambil mengelus-elus bulu anak kucing yang berwarna putih.
Anak kucing itu mengeong dan melendot pada Kak Sari.
Nia tersenyum dan mengangguk patuh. Satu ekor anak kucing belang mendekati kakinya dan mulai mengeong. Ia mengangkat anak kucing tersebut ke pangkuannya dan mengelus kepalanya pelan. Terapi hewan benar-benar manjur, Kak Sari sudah sembuh dan mulai besok Nia bisa pergi ke sekolah bersama Kak Sari lagi.
Tahniah
BalasHapusSelamat berkarya
Ihh udah masuk majalah bobo ajaa :')
BalasHapusKeren Lianty!
BalasHapus