Tampilkan postingan dengan label Karanganku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karanganku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Agustus 2018

Pantun 'Ibu' 5 Bait | Tugas Bahasa Indonesia

Hai sahabat blogger sepermainan~
Beberapa hari yang lalu, di sekolah kami mempelajari tentang Puisi Lama.
Bu Nur (guru b.Indonesia) pun memberikan kami tugas mengarang pantun 5 bait bertemakan 'cinta'. Karena Lianty terlalu malas mengarang tentang cinta kekasih, Lianty pun mengarang pantun tentang cinta ibu :D

Berikut adalah pantun yang Lianty tulis :

Bagai waktu yang tak pernah berhenti
Begitulah kita tak boleh terpaku
Bagai cintamu yang tak perlu bukti
Begitulah cinta ibu kepadaku

Panah ditaruh di dalam guci
Dilepas melesat ke buah ceri
Tak pernah engkau menaruh benci
Kasih sayang selalu kau beri

Noda kecil di dalam kuku
Kasar dicuci lembut dibersihkan
Waktu kecil kau mengasihiku
Besar kini kau tak meminta balasan

Memandang jauh berangan-angan
Digapai disimpan di dalam hatiku
Walau jauh dari pandangan
Cintamu selalu bersamaku

Bagai air tenang menghanyutkan
Hanyut si daun sampai ke kakinya
Cintamu kukenang dan tak tergantikan
Ku mengingatmu selalu dan selamanya


Gimana menurut sahabat blogger? Kalau aneh, mohon maklum ya, namanya juga amatiran :3

Tapi jujur Lianty senang banget kalau dikasih tugas mengarang beginian lho :3 Soalnya hasil karangan Lianty bisa Lianty bagi di blog. Siapa tahu sahabat blogger ada yang memerlukan :D
Hihihihi...

Semoga Lianty sering-sering dapat tugas memgarang :v

-Lianty Putri-


Jumat, 01 September 2017

Puisi Karaganku Untuk 17 Agustus Lalu

Hai sahabat blogger sepermainan~
Hari ini Lianty mau berbagi postingan tentang 'Puisi Karangan' Lianty nih...
Di postingan diary sebelumnya, Lianty sudah pernah bercerita tentang Lianty yang ikut lomba mengarang puisi dalam rangka hari kemerdekaan di sekolah, tapi  kalah :v

Nah, di sini Lianty mau tunjukin seperti apa puisi yang Lianty tulis itu...
Mungkin penilaian para juri berbeda dengan penilaian teman-teman Lianty kali ya T^T
Soalnya teman-teman Lianty bilang kalau puisi Lianty sudah bagus, eh rupanya gak menang :3
Tapi... kalah menang itu soal biasa sih... Jadi Lianty gak akan merasa kecewa :V
Walau sebenarnya malu karena yang juara satu itu adik kelas *oke fix*


Pahlawan Kemerdekaan

Bambu runcing dijadikan tombak
Perlahan mengendap dan berpijak
Melawan senapan dan pisau yang diasah
Melawan mereka para penjajah

Berkobar api bukan tanda kegagalan
Berlautan darah itulah tanda kemenangan
Berdoa dan berusaha untuk merdeka
Demi masa depan anak cucu mereka

Indonesia negriku
Tumpah darah pahlawanku
Tangisan bukan tanda kesedihan
Senyuman itulah tanda kebahagiaan

Kemerdekaan diisi dengan pembangunan
Kemerdekaan itulah tanda keberhasilan
Indonesia rumahku
Selamanya ada dihatiku

Waktu Lianty serahin puisi ini ke pengurus OSIS, ketua OSISnya bilang "Gini aja? gak mau dihias-hias gitu?" Nah terus Lianty langsung jawab "Memangnya gak boleh ya?".
Ketua OSISnya jawab lagi "Boleh kok".

Lianty langsung fikir yang enggak-enggak waktu ditanyain begitu.
Waktu kalah juga teman Lianty bilang "Lianty sih... gak hias puisinya"
Fix Lianty sebel sama teman Lianty yang bilang kayak gitu.
Lianty sih gak tahu hiasan itu berpengaruh dalam penilaian atau enggak.
Tapi menurut Lianty pribadi sih kayanya enggak kan?
Kalau berpengaruh sih mah itu namanya 'lomba menghias puisi' bukan 'mengarang puisi' -_-
Gaje nih ah OSISnya...
Lianty sendiri spontan waktu mengarang puisinya, mangkanya Lianty tulis di kertas doank.
Gak Lianty ketik dan print ataupun hias-hias gitu :3

Ya udah deh... Kok Lianty jadi ngotot gini yah ? :V
Sebelum Lianty adu jotos sama OSISnya, Lianty sudahi saja postingan kali ini ya :v /?/

Sampai jumpa di postingan selanjutnya~~

-Lianty Putri-


Senin, 22 Mei 2017

Karangan Cerita dan Puisi Dari Buku Catatan B.Indonesia (Edisi Tamat 1 SMA)

Hai sahabat blogger sepermainan~
Hari senin ini Lianty mau posting sesuatu nih. Sesuatu yang aneh bin ajaib :>
Entah sejak kapan terlintas di fikiran Lianty buat nge-post ini.
Iya, selama hampir satu tahun di kelas 1 SMA ini entah sudah berapa banyak karangan yang Lianty tulis untuk pe’er dan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
Mulai dari puisi, cerpen sampai naskah pidato. Dan kali ini, Lianty mau share karangan-karangan Lianty itu. Karangan-karangan di sini adalah karangan yang masih ada di dalam buku catatan, sisanya ada di kertas ulangan dan latihan. Tapi kertas-kertasnya entah kemana :V. Jadi hanya inilah yang bisa Lianty post. 

Sebelumnya Lianty mau bilang kalau Lianty hanya sekedar share ya… 
ceritanya jangan dianggap serius :3 
Tapi kalau bermanfaat boleh di ambil kok :’3 *LOL

Catatan : Cerita dan puisi di sini asli karangan Lianty. Maaf kalau rada absurd.

Buku catatan Bahasa Indonesia Lianty

Cerita:


Laut Tador


Zaman dulu dikisahkan ada sebuah kampung yang ramai penduduknya. Kampung itu suka mengasingkan diri dari kampung lainnya, entah mengapa alasannya. Akibat dari hal itu ternyata cukup mengejutkan. Salah seorang putra dari salah satu penduduk kampung yang pergi merantau pulang kembali kekampungnya. Namun sang putra kebingungan, ia berkeliling ke sana  ke mari mencari kampungnya. Namun nihil, yang ia lihat hanya bentangan danau. Sekarang laut tador dibiarkan, dulu ketika dijadikan tempat wisata, laut tador banyak memakan korban. Hal ini menjadikan laut tador adalah legenda tersendiri, yang dipercaya bahwa kampung yang hilang itu masih ada namun tak bisa dilihat.
 

Suling Ajaib



Di desa yang penuh tikus, seseorang datang membawa sulingnya. Orang asing itu menawarkan diri untuk mengusir tikus dari desa ketika melihat penduduk yang telah kewalahan. Penduduk langsung setuju dan berjanji akan memberikan orang asing itu imbalan. Dia pun mengangkat dan meniup sulingnya. Tikus-tikus terhipnotis dan jatuh, hilang di sungai. Orang asing itupun meminta imbalan, namun penduduk mengingkarinya. Dengan satu tiupan suling, anak-anak desa langsung terhipnotis dan mengikutinya ke arah sungai. Penduduk meminta maaf dan berjanji akan segera memberinya imbalan.


Puisi :
Anak-anak Desa


Waktu terus berjalan
Roda terus berputar
Anak-anak desa terus berlarian
Anak-anak desa terus mendayung

Kepala suku terus melakukan upacara adat
Untuk berdoa kepada leluhur
Semoga anak-anak mereka kelak
Jadi anak Indonesia yang sukses

Apalah daya mereka dengan anak kota
Walau begitu, suara air terus terdengar
Pertanda mereka masih mendayung
Untuk menuntut ilmu…


Hutanku Tandus

Semuanya berantakan..
Gersang tak terawat..
Kering tak dilihat…

Alam yang hijau berubah menjadi merah
Ketika api memakan isinya
Gersang dan kering
Akibat ulah serakah manusia



Pujaanku

Rupamu amat menawan..
Seperti manisnya gula, begitulah senyumanmu…
Seperti dinginnya salju, begitulah gayamu…

Seperti hangatnya matahari, begitulah pelukanmu…
Namun sayang
Semua itu hanya mimpi


Itulah dia karangan-karangan Lianty yang masih ada. Sedikit yah :3
Sebenarnya banyak sih... tapi kertasnya yang menghilang entah kemana :3
Okelah... Lianty pamit dulu ya~
Sampai ketemu lagi~~

-Lianty Putri-

Minggu, 12 Februari 2017

4 Puisi Untuk Mading Edisi Perpisahan Kakak Kelas

Hai sahabat blogger sepermainan~
Hari ini Lianty mau berbagi puisi karangan Lianty nih :D
Lianty bersama teman-teman Lianty disuruh guru bahasa Indonesia kami untuk menulis beberapa puisi mading edisi ‘perpisahan’ kakak-kakak kelas 3. 
Bu guru bilang tema-nya adalah ‘teman, perpisahan dan kenangan’.
Otak Lianty muter-muter nyari ide. Setelah dapat langsung aja Lianty mulai mengarang,
tapi eh tapi hasilnya ternyata absurd :’D.
Tema ini susah banget buat Lianty. Padahal sebelumnya Lianty bisa mengarang 5 puisi sekaligus untuk hari guru. Dan kali ini Lianty hanya bisa mengarang 3 puisi T-T.
Untunglah abang laki-laki Lianty dengan baik hati mau membantu Lianty mengerjakan tugas ini.

Dan akhirnya Lianty punya 4 puisi.
3 murni karangan Lianty sedangkan yang satunya karangan abang Lianty :))

Okedeh, ini dia puisi-puisinya.
Kalau aneh, harap maklum ya T-T




1 . Kan Kuingat Selalu

Bertahun-tahun sudah kita bersama
Suka duka kita lewati
Sedih senang kita lalui

Bersama kita saling berbagi
Aku sedih kau menghiburku
Aku terluka kau mengobatiku

Terima kasih temanku
Atas kebaikan dan kesetiaanmu
Kenangan bersamamu, kan kuingat selalu.




2 . Penghibur Keterpurukanku

Bagai paus di tengah laut
Sendiri sepi dalam sunyi
Bagai ombak menerjang karang
Keras dan menyakitkan

Namun kau datang...
Membawaku ketepi menuju keramaian
Membawaku menjauh dari keterpurukan

Air mataku menganak sungai
Tak relaku melepaskan kebersamaan ini
Wahai teman sejatiku

Bagai potret kebahagiaan
Kan kusimpan dalam ingatanku
Terima kasih penghibur keterpurukanku.



3 . Bersamamu

Bersamamu...
Hari-hari kita lewati bersama
Sebagai dua orang sahabat

Bersamamu...
Tak ada gengsi
Tak ada ego

Bersamamu...
Tak ada sedih
Tak ada luka

Yang ada hanyalah kepedulian
Yang ada hanyalah kebahagiaan

Bersamamu...
Hari-hariku berwarna
Dan bersamamu...
Adalah hari yang bahagia

Bersamamu selalu...
Temanku.

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Dan yang ini, karangan abang Lianty :D
Terima kasih untuk bantuannya bang~

4 . Aku, Mereka dan Kenangan  (oke, judulnya boleh juga :DD)

Oh temanku...
Kalian adalah keluarga disementara waktu

3 tahun berlalu
Sedih senang menimpaku
Dikala kalian sedih
Maka sedih pula menimpaku

Aku... akan mencoba selalu tersenyum...
Walaupun perpisahan ini,-
Adalah perpisahan yang akan menimbulkan kenangan yang haus akan rindu //*(aseeekkk :3)

Jangan biarkan kawat berduri
Menjadi penghalang keberhasilan kita
Sampai jumpa teman-temanku.
(bagian akhir ini Lianty yang ubah, originalnya ‘oh mentariku...’.
Lianty rasa bagian akhir yang abang Lianty tulis sama yang Lianty tulis sama-sama enggak nyambung :V)

  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nah, itu dia keempat puisinya ^^
Iya, Lianty sadar puisi Lianty masih belum ada apa-apanya sama puisi-puisi yang banyak bertebaran di gugel. Karena itu, Lianty akan terus belajar demi mencapai hasil yang maksimal (^0^)9.
Supaya teman-teman blogger dan guru-guru suka sama puisi Lianty T-T

Terima kasih sudah mau membaca puisi-puisi karya Lianty ini.
Sampai jumpa dipostingan berikutnya~
Salman, salam manis.

-Lianty Putri-